Kebijakan
pembangunan perekonomian secara Nasional diarahkan kepada sektor industri
dengan bahan baku
dari sektor pertanian. Pembangunan
sektor pertanian selama ini telah teruji kehandalannya, dimana pada saat krisis
moneter yang lalu banyak industri ( perusahaan ) yang kolap namun beberapa
sektor pertanian masih mampu bertahan bahkan memperoleh keuntungan dari adanya
krisis tersebut.
Kebijaksanaan
pembangunan dimasa yang akan datang tidak lagi diarahkan kepada pencapaian
produksi melainkan diarahkan untuk peningkatan pendapatan yang
sebesar-besarnya. Dalam pembangunan
pertanian banyak aspek yang mempengaruhinya antara lain : kebijaksanaan pemerintah, pelayanan sarana
produksi, permodalan, pembinaan yang berkesinambungan dan tentunya yang tidak
kalah penting adalah pelaku dari pembangunan pertanian itu sendiri yang tidak
lain petani. Faktor-faktor tersebut
harus saling terkait dalam satu kesatuan yang utuh bila ingin pembangunan
Sudah diketahui
bersama bahwa sejak Tahun 1970an bersamaan dengan dikembangkannya catur
sarana yakni : KUD, BRI Unit, Kios dan
Penyuluh Pertanian pembinaan kepada petani bukan lagi secara individu melainkan
secara berkelompok. Oleh karenanya sejak
tahun itu pembinaan penyuluh pertanian kepada petani dilaksanakan secara
berkelompok (
Kelompoktani ). Namun kita menyadari
bersama bahwa walaupun kelompoktani telah dibina oleh para penyuluh pertanian
selama tiga puluh tiga tahun ternyata hasilnya sangat berbeda-beda dan beragam
sekali. Sampai Tahun 2015 setelah adanya revitalisasi kelompoktani, jumlah
kelompoktani di Kabupaten Indramayu
tercatat sebanyak 57
kelompoktani dengan berbagai kriteria dan hampir 80
persen berada di kelas pemula. Walaupun
dalam pembinaan diarahkan pada lima jurus kemampuan kelompoktani seperti :
a. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk
meningkatkan produktivitas usahatani dengan penerapan rekomendasi teknologi yang
tepat,
b. Kemampuan melaksanakan dan
mentaati perjanjian dengan pihak lain,
c.
Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara rasional,
d. Kemampuan meningkatkan hubungan melembaga
antara kelompoktani dengan koperasi dan
e.
Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerja
sama kelompoktani yang lebih dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari
usahataninya, namun hasilnya ada
kelompoktani yang maju, ada kelompoktani yang biasa-biasa dan tidak menutup
mata juga ada kelompoktani yang nama kelompoktaninya ada namun dalam
kegiatannya tidak terlihat. Kenapa
setelah sekian tahun dibina malah tetap biasa saja dan Pertanyaannya siapakah yang salah ? Pengurus
Kelompoktanikah ? Pembinanya kah ?
Sistemnya yang salah ? Individu petaninya yang sudah modern sesuai
dengan perkembangan jaman ?.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu merasuki jiwa kita
semua sebagai penyuluh pertanian dan menjadi bahan instrospeksi kita
semua. Image yang tertangkap mengenai
kelompoktani adalah sosok organisasi yang lemah dan tanpa daya yang hanya bisa
bergerak dengan mengandalkan bantuan dari Pemerintah.
Namun kalau kita melihat kasus per kasus ternyata dari sekian
kelompoktani yang ada masih ada setitik
harapan kelompoktani yang kita idamkan.
Bagaimana kelompoktani ini dapat berhasil menggerakan anggota dan masyarakat ?. Ada
beberapa kiat yang membuat kelompoktani ini dapat berkembang maju antara lain :
1. Penumbuhan kelompoktani didasarkan
atas kebutuhan mereka para anggota,
2.
Adanya kesadaran dari para anggota untuk membayar iuran wajib setiap
musim,
3. Adanya figur pengurus
khususnya ketua kelompoktani yang dipercaya masyarakat, 4. Adanya pembinaan yang berkesinambungan dari
pembina dan
5. Adanya dukungan dari
Kepala Desa.
Yang tidak kalah penting
masuknya anggota tersebut bukan karena paksaan melainkan dari hasil penilaian
dirinya sendiri setelah merasakan manfaat dari berkelompok. Disamping itu niat dari pengurus yang lebih mementingkan pada membantu sesamanya
dan bukan mementingkan insentif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar