BUDIDAYA TERNAK DOMBA
I.
PERSYARATAN
LOKASI
Lokasi untuk
peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan
keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber
air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter),
relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.
II.
PEDOMAN
TEKNIS BUDIDAYA
Domba yang
unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal
dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta
kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan
usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang
memiliki sifat-sifat yang baik.Penyiapan Sarana dan Peralatan
2.1.
Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga
dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesuai dengan jumlah ternak,
bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan
terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap
kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang
relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.
2.1.1.
Fungsi
Kandang
Kandang dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
a. Kandang
induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang
1 x 1 m.
b. Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang
sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5
x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
c. Kandang pejantan, tempat domba jantan yang
akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak.
2.1.2.
Tipe
Kandang
Di dalam kandang domba
sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan,
tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat
kotoran/kompos. Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2
tipe, yaitu:
a.
Tipe
kandang Panggung
T Tipe kandang ini memiliki
kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat
lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak
berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi
panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung
makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer
keluar.
b.
Tipe
kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha
ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi
ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi
dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang diletakkan diatas alas.
Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak.
Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
2.2.
Peyiapan
Bibit
Domba yang unggul adalah
domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa
domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh
dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak
domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki
sifat-sifat yang baik.
Pemilihan Bibit Calon Induk
- Calon
Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil
hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki nafsu kawin besar dan
ekor normal
- Calon
Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan
keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada
kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat
bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat
pertumbuhan relatif cepat.
2.3.
Reproduksi
dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui
oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan
yang terencana dan tepat waktu.
a. Dewasa
Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan
siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur
6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
b. Dewasa
tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini
dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan
akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
c. Proses
Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan).
Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang
kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat
yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali
pusar.
Induk domba yang akan
melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai
berikut:
1)
Keadaan
perut menurun dan pinggul mengendur.
2)
Buah
susu membesar dan puting susu terisi penuh.
3)
Alat
kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
4)
Ternak
selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
5)
Sering
kencing.
Proses kelahiran
berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum
lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan
menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati
anaknya hingga kering dan bersih.
2.4.
Pemeliharaan
1)
Sanitasi
dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat
dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan
hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan
setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang.
Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
2)
Pengontrolan
Penyakit
Domba yang terserang
penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan
pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
3)
Perawatan
Ternak
Induk bunting diberi
makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari
domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang
telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus
dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi
makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang
berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan
ternak dewasa meliputi:
a. Memandikan ternak secara rutin minimal
seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian
dijemur dibawah sinar matahari pagi.
b. Mencukur Bulu. Pencukuran bulu domba dengan
gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan
bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang
dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak
lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah
dengan punggung domba
c. Merawat dan Memotong Kuku. Pemotongan kuku
domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau
kuku atau gunting.
4)
Pemberian
Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan
mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya
digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah,
benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun
lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia,
kaliandra, gliricidia dan siratro.
c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka,
daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun
ketela pohon, daun ketela rambat dan daun beringin.
d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti
dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil
kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.
Pakan untuk domba berupa
campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur.
Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:
a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
c. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
d. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas
2.5.
Hama
dan Penyakit
1) Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri
Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan.
Pengobatan: antibiotika dan
sulfa yang diberikan lewat mulut.
2)
Penyakit
Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan
pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus,
Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang
terserang biasanya cempe usia 2-7 hari.
Gejala : terjadi
pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan.
Pengobatan: dengan
antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan)
3)
Penyakit
Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang
domba usia sampai 3 bulan.
Gejala : cempe yang
terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit
sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Pengendalian : dengan sulfa
seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.
4)
Penyakit
Titani
Penyebab: kekurangan
Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia
3-4 bulan.
Gejala : domba selalu
gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan
Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan
Magnesium.
5)
Penyakit
Radang Limoah
Penyakit ini menyerang
domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular
ke manusia
Penyebab: bakteri Bacillus
anthracis.
Gejala : suhu tubuh
meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan
darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang.
Pengendalian : dengan
menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk
/kg berat tubuh domba tertular.
6)
Penyakit
Mulut dan Kuku
Penyakit menular ini dapat
menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian
mulut dan kuku.
Penyebab: virus dan
menyerang semua usia pada domba
Gejala : mulut melepuh
diselaputi lendir.
Pengendalian : membersihkan
bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%,
sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau
Natrium karbonat 4%.
7)
Penyakit
Ngorok
Penyebab: bakteri
Pasteurella multocida.
Gejala : nafsu makan domba
berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia
domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya
bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit
tidur.
Pengendalian : menggunakan
antibiotika lewat air minum atau suntikan.
8)
Penyakit
Perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan
yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun.
Gejala :lambung domba
membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan
yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi
Pengendalian : memberikan
gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat
keatas sampai gas keluar.
9)
Penyakit
Parasit Cacing
Semua usia domba dapat
terserang penyakit ini.
Penyebab:cacing Fasciola
gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing
Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata).
Pengendalian : diberikan
Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat cacing
seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.
10)
Penyakit
Kudis
Merupakan penyakit menular
yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi
domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba.
Penyebab: parasit berupa
kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis.
Gejala : tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk
tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal
ekor.
Pengendalian : dengan
mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos
0,05-0,1%.
11)
Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit
menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba.
Penyebab: virus dari
sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba.
Gejala : terjadi peradangan
kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang
menyusui terlihat radang kelenjar susu.
Pengendalian : menggunakan
salep atau Jodium tinctur pada luka.
12)
Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi
pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar.
Penyebab: ambing domba
induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan.
Gejala : ambing domba
bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu
makan kurang, produsi air susu induk berkurang.
Pengendalian : pemberian
obatobatan antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian
dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
a) Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti
alas kandang.
b) Mengontrol anak domba (cempe) sesering
mungkin.
c) Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang
mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
d) Memberikan makanan sesuai jadwal dan
jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu
sebelum diberikan.
e) Menghindari pemberian makanan kasar atau
hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci
dulu.
f) Sanitasi yang baik, sering memandikan domba
dan mencukur bulu.
g) Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
h) Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada
domba yang sakit.
2.6.
Panen
a.
Hasil
Utama
Hasil utama dari budidaya
domba adalah karkas (daging)
b.
Hasil
Tambahan
Hasil tambahan dari
budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di jadikan sebagai bahan
tekstil.
2.7.
Pembersihan
Sebelum dipotong ternak
dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan menyemprotkan air diatas kepala
ternak agar karkas yang dihasilkan tidak tercemar oleh bakteri dan kotoran.
2.8.
Pasca
Panen
a.
Stoving
Ada beberapa prinsip teknis
yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan
yang baik, yaitu:
1) Ternak domba harus diistirahatkan sebelum
pemotongan
2) Ternak
domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari
daging.
3) Pemotongan ternak harus dilakukan secepat
mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan
darah harus keluar secara tuntas.
4) Semua proses yang digunakan harus dirancang
untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
b.
Pengulitan
Pengulitan pada domba yang
telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir
agar kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah
atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang
dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling
baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45
derajat.
c.
Pengeluaran
Jeroan
Setelah domba dikuliti, isi
perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara
menyayat karkas (daging) pada bagian perut domba.
d.
Pemotongan
Karkas
Karkas dibelah menjadi dua
bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas
dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan
punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang
dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak
cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas
dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran
jeroan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar