Click here for Myspace Layouts

Sabtu, 05 Maret 2016

PEMBINAAN BERKELANJUTAN SEBUAH UPAYA PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI YANG MANDIRI

P E N D A H U L U A N

Menurut UUD SP3K nomor 6 tahun 2006 yang dimaksud dengan pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha; meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan; mengentaskan masyarakat dari kemiskinan khususnya di perdesaan; meningkatkan pendapatan nasional; serta menjaga kelestarian lingkungan.
Secara lebih khusus dan spesifik, pembangunan pertanian merupakan proses yang bertujuan untuk memperkuat posisi pelaku utama dan keluarganya serta pelaku usaha di semua lokasi sesuai dengan usahanya, agar lebih baik, lebih menguntungkan, lebih sejahtera, mandiri, terampil, dinamis, efisien dan professional, serta berdaya guna dengan tetap memperhatikan lingkungan yang terpelihara dan lestari .
Program pembangunan pertanian saat ini mengacu kepada empat sukses pembangunan pertanian yaitu : Pencapaian swasembada dan swasembada yang berkelanjutan ( padi, jagung, kedelai, tebu dan daging sapi ), Peningkatan diversifikasi pangan, Peningkatan nilai tambah, daya saing dan eksport, Peningkatan kesejahteraan petani.
Terkait dengan proses pembangunan dan khususnya pembangunan sumberdaya manusia pertanian  maka perlu dilakukan upaya pemberdayaan melaului kegiatan penyuluhan pertanian yang berkelanjutan. Dalam pemberdayaan masyarakat petani , peran penyuluh pertanian adalah secara aktif memberikan bimbingan yang berkelanjutan kepada masyarakat petani yang pada umumnya merupakan masyarakat kecil menengah ke bawah agar nantinya masyarakat dapat mandiri dalam menghadapi apa yang menjadi tantangan hidupnya dan juga ikut serta dalam mengelola dan melestarikan lingkungan, sesuai dengan pengertian penyuluhan pertanian menurut UU SP3K nomor 6 tahun 2006, Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pemberdayaan kelompok petani merupakan sebuah model pembangunan yang sangat tepat di mana arah pembangunan berpihak pada rakyat, hal  sangat diperlukan peranserta aktif masyarakat, Petani ditempatkan bukan sebagai obyek melainkan sebagai pelaku (subyek) yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumberdaya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pembangunan yang berpihak pada rakyat akan menghargai dan mempertimbangkan prakarsa rakyat dan kekhasan masyarakat setempat, serta pengambilan keputusan secara mandiri oleh anggota masyarakat. Campur tangan birokrasi pemerintah dalam pengambilan keputusan secara bertahap mengalami pergeseran dan makin berkurang.

pemberdayaan kelompok  tani MANDIRI
Kegiatan Pembinaan kelembagaan masyarakat petani melalui kegiatan penyuluhan pertanian merupakan sebuah kegiatan dalam rangka memberdayakan masyarakat petani  agar mau dan mampu secara mandiri berperan serta dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan  untuk meningkatkan kesejahteraannya, karena prinsip penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan, berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat. (Bab II pasal 2 UU SP3K ). Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan kelompok-kelompok tan yang mandiri. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam 9 indikator keberhasilan penyuluhan pertanian yaitu tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan pelaku usaha
Di dalam setiap kelompok biasanya dan sudah pasti selalu saja ada orang yang lebih dahulu memiliki informasi baru yang berguna bagi anggota lain. Mereka ini secara sadar atau tidak dapat menyampaikan informasi tersebut kepada anggota lainnya. Kelompok ini akan berfungsi sebagai kelas belajar, wahana bekerjasama, dan unit produksi. Mereka diajak belajar sambil bekerja. Hal ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi kelompok, yang akan menciptakan keakraban para anggota kelompok yang akan bermuara pada terciptanya dinamika kelompok. Pada “pendekatan mandiri” masyarakat dibina untuk mandiri melalui kemampuan memecahkan sendiri masalah yang dihadapi baik teknis, sosial maupun ekonomi dari usaha tani yang dilaksanakannya. Dalam kegiatan kelompok, kelompok dibimbing untuk belajar memecahkan masalah-masalah yang dihadapi serta dibimbing untuk membiasakan mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik sehingga secara bertahap mereka akan menjadi sumber daya manusia yang berinisiatif, produktif dan berswadaya. Dengan bimbingan yang berorientasi pada pendekatan mandiri, maka kelompok dibimbing untuk dapat mengambil keputusan terhadap masalah-masalah yang mungkin dihadapi.

pemecahan masalah dan teknik-teknik pengambilan keputusan efektif , hal yang perlu dipahami oleh kelompok
Masalah dalam suatu kelompok atau dalam hubungan antar kelompok adalah sesuatu yang selalu ada dan tidak dapat dihindarkan. Masalah dalam hal-hal tertentu justru akan sangat bermanfaat bagi penciptaan perilaku kelompok yang efektif, sehingga kelompok tersebut akan lebih siap lagi jika menemui permasalahan, baik dalam permasalahan sosial, ekonomi dan teknologi yang ada.
Kelompok tani perlu dibimbing untuk dapat memahami langkah-langkah pengambilan keputusan dalam rangka memecahkan masalah internal yang dijumpai dalam kelompoknya. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Memperkirakan atau mempertimbangkan situasi atau kondisi yang sedang terjadi dalam memecahkan suatu masalah. Kelompok dapat menganalisa situasi berdasarkan informasi yang tersedia dan kemudian dapat menentukan keputusan apa yang diambil demi tercapainya tujuan kelompok.
b.      Mengidentifikasikan alternatif-alternatif ataupun dapat mengidentifikasikan apa yang ingin dicapai atau dibutuhkan oleh kelompoknya.. Suatu kelompok  biasanya akan mengidentifikasi terlebih dahulu tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Apabila tujuan ini sudah menjadi jelas barulah mulai dilanjutkan dengan menentukan alternatif atau pilihan pemecahan masalah.
c.      Mengidentifikasikan konsekuensi positif dan negatif dari alternatif-altenatif tadi. Semakin banyak alternatif yang dibangun oleh kelompok maka akan semakin baik keputusan yang nantinya akan dibuat.
d.      Mengambil keputusan. Alternatif yang paling memiliki hasil yang positif dan menguntungkan bagi kelompok atau yang paling baik dengan resiko atau konsekuensi negatif seminimal mungkin , itulah yang dijadikan dasar pengambilan keputusan

tidak semua masalah  menimbulkan  kerugian bagi  kelompok TANI, sebuah pemahaman untuk kelompok tani
Tidak semua masalah yang yang ditemui di kelompok merugikan kelompok itu sendiri, pada kejadian-kejadian tertentu masalah justru dapat bermanfaat baik bagi kelompok tani dan merupakan proses pembelajaran. Selain langkah-langkah yang telah disebutkan di muka, beberapa strategi atau teknik yang dapat dilakukan kelompok dalam menanggulangi masalah yang muncul, adalah:
a)    Pengumpulan Gagasan;
Dalam strategi pengumpulan gagasan perlu terlebih dahulu diambil asumsi bahwa semua pihak mempunyai keinginan menanggulangi masalah yang terjadi dan karenanya perlu dicarikan ukuran-ukuran yang dapat memuaskan semua pihak. Musyawarah; Dalam strategi ini terlebih dahulu harus ditentukan secara jelas apa yang sebenarnya menjadi masalah atau persoalan. Berdasarkan jelasnya persoalan itulah kemudian dilakukan pembahasan untuk mendapatkan titik temu atau kesepakatan
b)    Meminta bantuan pihak lain; Tidak jarang suatu terjadi suatu permasalahan tidak dapat dipecahkan oleh kelompok. Dalam keadaan demikian, bantuan dari pihak luar yang berkompeten terhadap masalah yang sedang dihadapi sangat diharapkan.
c)    Peningkatan interaksi dan komunikasi; Alasan penggunaan strategi ini adalah bahwa agar para anggota dapat meningkatkan interaksi dan komunikasi mereka, sehingga diharapkan mereka akan saling dapat lebih mengerti dan menghargai dasar pemikiran satu sama lainnya.
d)    Koordinasi; Koordinasi merupakan salah satu strategi bagi pemecahan masalah yang telah dikenal secara luas, yang kadang koordinasi ini mudah untuk diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan.
e)    Menanamkan pemikiran kepada masyarakat petani bahwa, apa yang dipikirkan itu yang akan didapat, kalau petani berpikiran bisa hasilnya akan bisa dan kalau berpikiran tidak bisa maka hasilnya akan tidak bisa.

kondisi DAN KEADAAN YANG biasa ADA DI KELOMPOK TANI
Kondisi kelompok merupakan sikap mental dan perasaan yang secara umum ada di dalam kelompok. Faktor-faktor yang mempengaruhi suasana kelompok menurut Slamet (2003), yaitu : (1) ketegangan, (2) ramah, (3) permisif, (4) lingkungan fisik, dan (5) demokratis/ otokratis.
a.    Ketegangan; adalah situasi atau kondisi dimana kelompok berada di bawah suatu tekanan. Tekanan ini bisa berasal dari dalam kelompok maupun dari luar kelompok. Ketegangan ini kalau disikapi dengan baik dan bijaksana maka akan menjadi suatu kekuatan bagi kelompok tersebut.
b.    Ramah; Sikap yang mengedapankan perasaan keakraban terhadap orang lain serta tidak memandang rendah kepada orang lain. Sikap seperti ini perlu dikembangkan di dalam kelompok oleh anggota-anggota kelompok tersebut. Permisif; Setiap anggota kelompok diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan ide serta diberikan kebebasan untuk melaksanakan kegiatan lain di luar kegiatan kelompok selama tidak bertentangan dengan norma atau nilai dan aturan kelompok.
c.    Lingkungan Fisik: Lingkungan dimana kelompok berada dan menjalankan aktivitas kelompok. Lingkungan ini dapat mempengaruhi kinerja anggota-anggota kelompok . Untuk itu perlu diciptakan atau ditata suatu lingkungan kerja berupa sarana dan prasarana yang memadai agar kedinamisan kelompok dapat berjalan optimal.
d.    Kecenderungan demokratisasi atau otokratisasi; Kecenderungan ini perlu dilihat secara situasional. Adakalanya seorang pemimpin kelompok bergaya demokratis adakalanya juga perlu bergaya otokratis. Hal ini tergantung dengan permasalahan yang sedang dihadapi.


( Tulisan diambil dari berbagai sumber referensi )




Tidak ada komentar: