Click here for Myspace Layouts

Sabtu, 05 Maret 2016

KELOMPOK TANI MAMPU BERDIRI SENDIRI ?

Kebijakan pembangunan perekonomian secara Nasional diarahkan kepada sektor industri dengan bahan baku dari sektor pertanian.  Pembangunan sektor pertanian selama ini telah teruji kehandalannya, dimana pada saat krisis moneter yang lalu banyak industri ( perusahaan ) yang kolap namun beberapa sektor pertanian masih mampu bertahan bahkan memperoleh keuntungan dari adanya krisis tersebut.
Kebijaksanaan pembangunan dimasa yang akan datang tidak lagi diarahkan kepada pencapaian produksi melainkan diarahkan untuk peningkatan pendapatan yang sebesar-besarnya.  Dalam pembangunan pertanian banyak aspek yang mempengaruhinya antara lain :  kebijaksanaan pemerintah, pelayanan sarana produksi, permodalan, pembinaan yang berkesinambungan dan tentunya yang tidak kalah penting adalah pelaku dari pembangunan pertanian itu sendiri yang tidak lain petani.  Faktor-faktor tersebut harus saling terkait dalam satu kesatuan yang utuh bila ingin pembangunan
Sudah  diketahui bersama bahwa sejak Tahun 1970an bersamaan dengan dikembangkannya catur sarana  yakni : KUD, BRI Unit, Kios dan Penyuluh Pertanian pembinaan kepada petani bukan lagi secara individu melainkan secara berkelompok.  Oleh karenanya sejak tahun itu pembinaan penyuluh pertanian kepada petani dilaksanakan secara berkelompok                 ( Kelompoktani ).  Namun kita menyadari bersama bahwa walaupun kelompoktani telah dibina oleh para penyuluh pertanian selama tiga puluh tiga tahun ternyata hasilnya sangat berbeda-beda dan beragam sekali.  Sampai Tahun 2015 setelah adanya revitalisasi kelompoktani, jumlah kelompoktani di  Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 57 kelompoktani dengan berbagai kriteria dan hampir 80 persen berada di kelas pemula.  Walaupun dalam pembinaan diarahkan pada lima jurus kemampuan kelompoktani seperti : 
a.  Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani                                dengan penerapan rekomendasi teknologi yang tepat, 
b.  Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain, 
c.  Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara rasional, 
d.  Kemampuan meningkatkan hubungan melembaga antara kelompoktani dengan                                    koperasi dan 
e.  Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerja sama kelompoktani yang lebih dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahataninya, namun hasilnya  ada kelompoktani yang maju, ada kelompoktani yang biasa-biasa dan tidak menutup mata juga ada kelompoktani yang nama kelompoktaninya ada namun dalam kegiatannya tidak terlihat.  Kenapa setelah sekian tahun dibina malah tetap biasa saja dan  Pertanyaannya siapakah yang salah ? Pengurus Kelompoktanikah ? Pembinanya kah ?  Sistemnya yang salah ? Individu petaninya yang sudah modern sesuai dengan perkembangan    jaman ?.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu merasuki jiwa kita semua sebagai penyuluh pertanian dan menjadi bahan instrospeksi kita semua.  Image yang tertangkap mengenai kelompoktani adalah sosok organisasi yang lemah dan tanpa daya yang hanya bisa bergerak dengan mengandalkan bantuan dari Pemerintah. 
Namun kalau kita melihat kasus per kasus ternyata dari sekian kelompoktani yang ada  masih ada setitik harapan  kelompoktani yang kita idamkan.  
Bagaimana kelompoktani ini dapat berhasil menggerakan  anggota dan masyarakat ?.   Ada beberapa kiat yang membuat kelompoktani ini dapat berkembang maju antara lain : 
1.  Penumbuhan kelompoktani didasarkan atas kebutuhan mereka para anggota, 
2.  Adanya kesadaran dari para anggota untuk membayar iuran wajib setiap musim, 
3.  Adanya figur pengurus khususnya ketua kelompoktani yang dipercaya masyarakat,                        4.  Adanya pembinaan yang berkesinambungan dari pembina dan 
5.  Adanya dukungan dari Kepala Desa.  
Yang tidak kalah penting masuknya anggota tersebut bukan karena paksaan melainkan dari hasil penilaian dirinya sendiri setelah merasakan manfaat dari berkelompok.  Disamping itu niat dari pengurus yang  lebih mementingkan pada membantu sesamanya dan bukan mementingkan insentif.  


Tidak ada komentar: